Thursday, April 11, 2013

resensi novel Seandainya karya Windhy Puspitadewi

seandainya 


 

 

 

 

 

 

 

 Seandainya By Windhy Puspitadewi

Resensi Novel :
Judul                               : Seandainya
Jenis novel                       : Pertemanan
Tahun terbit                     : Tahun 2012
Pengarang                       : Windhy Puspitadewi
Editor                             : eNHa
Penerbit                          : Gagas Media
Tebal buku                      : 226 Halaman
Jenis kertas                     : Kertas koran
Harga                             : Rp 35.000 ,-


Sebuah Kisah tentang Rasa yang Terpendam
Empat orang siswa SMA dengan empat karakter yang berbeda, saling membantu, saling berbagi, dan saling melindungi. Masing-masing dari mereka memiliki permasalahan yang berbeda.
Rizki cenderung menyembunyikan kepintarannya, Alma yang mati-matian ingin menjadi dokter, meski ia sendiri membenci profesi itu, Juno yang bersikeras menjadi diplomat, dan Christine yang berpura-pura bahagia dengan kekayaannya.
Seiring dengan kedekatan terjalin, hadir juga rasa cinta dan sayang di antara mereka. Ada yang sanggup mengatakannya, namun ada juga yang hanya menyimpannya di dalam hati.
Seandainya merupakan sebuah novel karya Windhy Puspitadewi yang mengisahkan tentang rasa yang tak kunjung terucap. Buku terbitan GagasMedia ini bukan sebuah novel cinta biasa. Perbedaan di antara masing-masing tokoh, menciptakan sebuah kisah persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Sebuah kisah persahabatan yang dibumbui dengan kisah cinta yang tak terucap.
Meski mereka menyadari kehadiran cinta itu, entah mengapa, tak ada satu pun kata yang sanggup keluar dari masing-masing pihak. Hingga suatu saat, di kala perasaan itu terungkap, waktu sudah tak lagi memihak keduanya. Semua hanya menjadi kenangan indah yang tersimpan dalam memori.
 
Ditunggu comment-nya...
"zayn zay" ^_^

sinopsis novel let go

 
Sinopsis Novel  ' Let  Go ' 
 
Sinopsis           :
“Aku benci Dia!” itulah yang selalu ia katakan saat orang lain bertanya tentang ayahnya. Caraka Pamungkas, yang akrab dipanggil dengan nama Raka, sangat membenci ayahnya. Baginya, kepergian sosok sang ayah merupakan sesuatu yang tak termaafkan. Ayahnya berjanji akan menjaga dia dan ibunya, tetapi ternyata justru meninggalkannya. Ia tidak pernah bisa untuk berhenti membencinya, karena hanya dengan cara itulah ia bisa mengenang sang ayah.
            Beranjak sebagai seorang remaja yang lebih mengandalkan otot daripada otak, membuat Raka selalu mendapatkan masalah sejak awal ia bersekolah. Baru empat bulan duduk di bangku kelas X, ia sudah mendapat reputasi buruk dari sekolah. Terancam akan dikeluarkan dari sekolah, ia terpaksa untuk menerima anjuran Bu Ratna, wali kelas yang sangat peduli terhadapnya. Bergabung dalam kelompok majalah dinding sekolah, “Veritas”, bersama 3 murid lainnya yang awalnya tidak saling kenal.
            Caraka, yang suka sekali mencampuri urusan orang lain, mau tidak mau harus bekerja sama tiga orang dengan sifat yang sangat berbeda-beda. Nadya, ketua kelas yang cantik, pintar, serba bisa yang kadang kelewat mandiri sampai-sampai tidak mau dibantu oleh orang lain. Sarah, cewek pemalu yang tidak bisa menolak permintaan orang lain, membuat Raka selalu ingin membantunya. Sedangkan Nathan, cowok tampan kaya yang sangat cerdas, tetapi selalu bersikap sinis dan dingin sekali.
             Sifat Raka yang suka ikut campur, membuatnya terjebak dalam urusan teman-temannya. Pertama, hubungan Sarah dan Caraka. Kebaikan Raka ternyata disalahartikan oleh Sarah. Sarah menganggap Raka menyukainya. Kedua, hubungan Caraka dengan Nadya. Nadya yang selalu menolak bantuan orang lain, yang selalu mencoba untuk mandiri, membuat Raka tidak kuasa untuk membiarkannya. Raka selalu ingin melindunginya, menjadikannya lebih manusiawi. Ketiga, hubungan Nathan dan Raka. Nathan yang berusaha unuk menjaga jarak dengan orang lain, sangat kesal dengan sikap Raka yang suka ikut camur urusannya. Namun ternyata, sifat itulah yang justru membuat mereka semakin dekat dan membuat Raka menyadari bahwa Nathan telah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.
            Diam-diam, Nathan ternyata harus hidup bersama tumor otaknya sejak satu tahun yang lalu. Sikapnya yang menjaga jarak dengan orang lain semata-mata karena ia tak ingin meninggalkan memori yang baik tentangnya. Ia tak ingin orang lain juga merasakan kesakitannya dan kelak ketika ia meninggal, Nathan tak ingin ada seorang pun yang menangisinya. Kematian ibunya, cukup membuat Nathan menyadari rasa sakit dari kehilangan.
             Hal ini tentu mengharuskan Caraka untuk memasuki kehidupan Nathan. Ia berusaha menyadarkan Nathan bahwa masih banyak hal yang layak untuk diperjuangkan. Awalnya, Nathan menolak dan menyuruh Raka untuk menjauh dari kehidupannya. Ia lebih memilih mati perlahan-lahan, tanpa penyesalan, tanpa terikat oleh siapapun. Namun, akhirnya Nathan tersadar bahwa kesempatan sekecil apapun harus dilakukan demi orang yang ia sayangi dan menyayanginya.
            Sekali lagi, Caraka harus berhadapan dengan sesuatu yang paling ditakutinya, yaitu “kehilangan”. Nathan meninggal satu tahun kemudian. Operasinya memang berhasil mengangkat tumornya. Namun karena sudah menyebar ke daerah vital, nyawanya tidak terselamatkan lagi. 
                     Bukti adanya nilai Religious pada novel ini
 :
1)      Ternyata, hidup adalah keajaiban itu sendiri. (hlm. 239)
Maksud : kita tak pernah sadar bahwa keajaiban itu justru yang sedang kita alami dan rasakan (hidup, anugrah terindah pemberian Tuhan YME)
2)      “… And in the end, the love we take is equal to the love we make.” (hlm. 242)
Maksud : segala kebaikan yang kita berikan, kelak kita pasti dibalas dengan harga yang setimpal oleh Tuhan YME
                   
Bukti adanya nilai moral pada novel ini :

1)      “Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian dari orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra.” (hlm. 60) TIDAK SOMBONG
Maksud : tidak perlu mengharapkan penilaian dari orang lain dari tentang apa yang kita lakukan
2)      “… kadang-kadang, kata-kata yang kamu ucapkan emang nggak sesuai sama mukamu.” (hlm. 206) MEREMEHKAN
Maksud : perhatikan apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan
3)      “Kalau kamu emang orang yang selalu ingin menyenangkan hati orang lain, kenapa kamu nggak coba menyenangkan hati orang yang udah bantu kamu.” (hlm. 118) LUPA DIRI
Maksud : terkadang tanpa kita sadari, kita telah menyakiti orang yang telah menyenangkan hati kita
4)      “Karena kamu nggak sadar kalau kamu keren itulah kamu jadi sangat keren.” (hlm. 137) TIDAK SOMBONG
Maksud : orang yang hebat tak akan pernah menyadari kalau dirinya memang hebat

         
                Bukti adanya nilai sosial pada novel ini  :
 
1)      “Kalau ada kupu-kupu yang terperangkap di sarang laba-laba, orang cenderung akan menolong kupu-kupu itu walaupun mungkin si laba-laba belum makan selama berhari-hari,” jelas Nadya. “Tapi gimana kalau yang terperangkap adalah ulat yang belum jadi kupu-kupu? Orang tetap nolong nggak? Padahal, keduanya sama. Di dunia ini, memang harus cantik supaya ditolong.” (hlm.138) MEMILIH-MILIH TEMAN
Maksud : janganlah memilih siapa-siapa yang akan kita bantu, semua makhluk pada dasarnya sama
2)      “Ternyata, aku nggak sehebat yang kupikir,” katanya lirih. “Ternyata, aku lemah. Mengerjakan hal-hal sepele aja aku nggak bisa…. Bodoh banget kalau aku ingin mengerjakan hal-hal yang hebat. Bodoh banget kalau aku ingin diakui sebagai orang yang hebat.”
Caraka menghela napas,“Kamu nggak lemah,” katanya, lalu tersenyum. “Kamu cuma lupa meminta tolong.” (hlm. 83) MAKHLUK SOSIAL
Maksud : pada hakikatnya, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain
3)      “Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain,” kata Nathan. (hlm. 98) MENGHARGAI
Maksud : bagaimana kita bisa menghargai orang lain kalau menghargai diri sendiri saja belum bisa
4)      “Manusia itu lebih berani menghadapi apa pun kalau melakukannya demi orang yang dia sayangi.” (hlm. 225)  RELA BERKORBAN
Maksud : manusia akan melakukan apapun demi orang yang disayang
 

Bukti adanya nilai Pendidikan pada novel ini :
 
1)      “..Dia yang harus membuat keputusan untuk dirinya, bukan Ibu, apalagi saya. Ini hidupnya. Jadi, tidak adil rasanya kalau orang lain yang memutuskan apa yang terbaik untuknya.” [hal. 145]
Maksud : kita sendiri yang tahu apa yang terbaik untuk kehidupan kita
2)      “Tapi…, karena nggak tahu apa-apa itulah, esok hari jadi sesuatu yang layak ditunggu-tunggu, kan?” (hlm. 112)
Maksud : hari kemarin adalah sejarah, hari ini adalah kenyataan, dan hari esok adalah sebuah misteri. Oleh karena itu, persiapkan masa depanmu sebaik mungkin.
3)      “Kesempatan sekecil apa pun yang memungkinkan aku bisa berkumpul lagi sama orang-orang yang aku cintai akan aku ambil, bahkan walaupun risikonya mati di meja operasi. Harapan sekecil apapun akan kuperjuangkan demi orang-orang yang aku cintai dan mencintaiku. (hlm. 232)
Maksud : kesempatan sekecil apapun, harus kita ambil karena tidak akan ada yang sia-sia di dunia ini
4)      “Orang yang baca banyak buku kayak kamu dan menguasai sejarah nggak mungkin bodoh. Kamu cuma sial karena hidup di tempat dan waktu yang salah. Tempat dan waktu ketika kamu dianggap bodoh kalau kamu nggak pintar dalam hal yang namanya sains.” (hlm. 162)
Maksud : tidak hanya yang serba bisa akan segala hal yang merupakan orang pintar, tetapi ahli dalam satu hal, juga termasuk orang yang pintar
 
                   Bukti adanya nilai Estetika pada novel ini :
 
1)      “Impian itu seperti sayap. Dia membawamu ke berbagai tempat. Kurasa, mamamu sadar akan hal itu. Dia tahu, kalau dia mencegah mimpimu, itu sama aja dengan memotong sayap burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap sudah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa mimpi, sudah bukan manusia lagi.” (hlm. 120)
Maksud: manusia yang tidak mempunyai mimpi dapat diibaratkan seperti burung tanpa sayap. Dia tidak bisa terbang ke tempat-tempat indah (impiannya) yang semestinya layak untuk dia lakukan
 
 
Ditunggu comment-nya ya..^_^
"zayn zay" 

sinopsis novel Jingga dan Senja


Jingga dan Senja

Jingga dan Senja – Esti Kinasih

 Judul : Jingga dan Senja
Pengarang : Esti Kinasih
Tahun terbit : 2010
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hal :312 halaman
Kategori : Fiksi, Novel, Romantic
Ukuran : 13.5 cm x 20 cm
Harga : Rp 42.000,-
ISBN : 978-979-22-5431-0


Kemiripan dua buah nama ternyata bisa dijadikan sebagai  alasan yang kuat untuk bersama. Bukan merupakan nama biasa yang pada umumnya dapat ditemui di pasaran. Akan tetapi, lebih mengacu kepada suatu identitas unik dan bersifat fenomenal. Tidak dapat dikatakan “kuno” atau “berlebihan”, namun itulah kenyataannya. Walaupun memiliki perbedaan huruf yang signifikan, tetapi makna katanya tetap sama. Memusat pada satu titik terpenting dalam jagat raya. Dua panggilan inilah yang digunakan Esti Kinasih dalam novelnya yang berjudul Jingga dan Senja.

Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan anak remaja yang dibumbui dengan romansa cinta serta hal lainnya, seperti persahabatan hingga pada aksi tawuran sekolah. Berlatar di sebuah sekolah menengah tingkat atas Jakarta dengan segala hal yang berbau kehidupan ABG sekarang, membuat semua siswa-siswinya mengikuti trend yang berkembang di masa sekarang. Termasuk aksi jagoan para siswa SMA Airlangga yang “rela mati demi mempertahankan negara”, begitu semboyan mereka. Pertemuan dua insan dengan nama yang tidak jauh beda di “medan tempur”, menjadi hidangan awal timbulnya konflik baru.

Suasana inilah yang menjadikan karya perempuan berzodiak Virgo tersebut menciptakan kegemparan yang luar biasa di jejaring sosial maupun forum-forum diskusi dunia maya. Ditambah lagi aksi nekatnya membuat para pembaca ingin marah, gelisah, dan tak karuan. Resentator yang juga merangkap sebagai teenlit lovers dengan tidak sungkan mencap bahwa karya Esti Kinasih kelima ini merupakan karya yang belakangan mengguncang animo dunia pembaca cerita fiksi dan teenlit lovers, khususnya kaum hawa.

***
NOVEL dibuka dengan aksi lempar-melempar bom-bom molotov padat alias batu, dari tempat-tempat penyimpanan rahasia di dalam dan di sekitar area SMA Airlangga. Penyerangan oleh musuh bebuyutan yakni SMA Brawijaya mengharuskan sekelompok siswa Airlangga dengan julukan “Pasukan Kamikaze” rela terlibat tawuran dan tidak peduli risiko yang akan dihadapi nantinya. “Sial! Si oranye itu kena kutuk, kali ya? Lagi-lagi terlibat tawuran!” desisnya. “WOI! COVER-IN GUE!” teriak pentolan SMA Airlangga yang bernama Ari itu kepada para “prajuritnya”. (hlm.46)

Hal yang wajar baginya mengatakan itu, karena gadis bernuansa oranye itu bukan kali ini saja terlibat tawuran, walaupun tanpa disengaja. Demi menyelamatkan gadis itu dan seorang temannya, Ari bergegas mencapai tempat kedua siswi itu. Hal yang sama juga dilakukan oleh Angga sang leader SMA Brawijaya. Kalah jarak dan pertahanan mengakibatkan Ari gagal menyelamatkan mereka.

Ari. Nama yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh murid di sekolahnya. Sepenggal nama yang selalu keluar dari mulut guru-guru dan bahkan kepala sekolah. Seorang biang onar sekolah yang sangat ditakuti oleh adik kelas dan teman-temannya ini,  dijuluki misterius karena tak ada seorang pun yang tahu bahkan Oji, sahabatnya sendiri mengenai keberadaan rumahnya. “Sejenis macan sedang tertidur di dalam dirinya”. Yang orang lain tidak pernah tahu apa yang salah dengannya. Para guru sudah capek hati mengomel padanya. Ulahnya yang tak karuan dapat menembus pertahanan guru-guru yang sedang menjalankan puasa Senin-Kamis. Meskipun begitu, Ari dikenal dengan sifatnya yang tidak pelit dan setia pada teman-temannya. Hal paling mengagetkan lagi adalah Ari termasuk jajaran siswa yang masuk peringkat 10 besar di kelasnya yang notabenenya adalah kelas unggulan itu. Padahal biasanya, biang onar identik dengan bodoh. Kenyataannya, Ari membuat pengecualian dalam hal itu. (hlm.16)

Kedua gadis yang dijadikan sandera saat tawuran telah dibebaskan, karena tunduknya seorang Ari pada anak-anak SMA Brawijaya. Hal yang langka, namun apa boleh buat. Meskipun Ari pembuat onar, ia tidak pernah mau melibatkan wanita dalam tawuran. Prinsip itu selalu dipegangnya teguh. Sama halnya seperti Angga. Namun, aksinya yang memboyong kedua siswi itu ke sekolahnya, sekonyong-konyong menjadi pertanyaan besar bagi Ari. Tatapan mata Angga yang tajam seolah-olah menunjukkan aksi “perang” tersebut sebagai dendam pribadi secara tak langsung yang tak diketahui atau mungkin terlewatkan oleh Ari.

Selidik punya selidik,  ternyata Ari dan Tari, demikian nama gadis berpernak-pernik oranye itu, memiliki satu rahasia besar. “Lo percaya nggak kalo gue bilang kita berdua kayak benda dan bayangan? Lo bayangan gue dan gue bayangan elo,” ucap Ari pelan mulai mengatakan bagian prolog. Jingga Matahari (Tari) dan Matahari Senja (Ari). Bukan terlalu melankolis, tetapi kemiripan nama itu mendasari Ari harus memiliki Tari seutuhnya. Dia beranggapan bahwa Tari itu adalah soulmate-nya. (hlm. 98)

Ari yang selama ini tidak peduli dengan wanita, tiba-tiba saja berusaha mendapatkan Tari dengan cara apapun. Kontan, berita itu mengguncang satu sekolahan. Terutama sekelompok siswi yang menyebut diri mereka “The Scissors” yang digawangi oleh Veronica. Segala cara dilakukannya untuk memikat hati seorang Tari. Namun, hal itu tidaklah mudah. Dulu, Tari memang sangat mengagumi Ari sebagai “dewa penolongnya”, saat Ari dengan gentle-nya melindungi Tari dari sengatan sinar matahari pada waktu upacara. Namun sekarang, semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin mati-matian Tari menjauhkan diri. Predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan lelaki itu. Ditambah lagi, Angga, musuh bebuyutan Ari juga melaksanakan aksi pedekate terhadap Tari. Angga bertekad mendapatkan gadis itu, demi membalaskan dendam masa lalumya kepada Ari. Baik Ari maupun Angga saling kejar-kejaran dalam bersaing untuk menjadikan Tari sebagai pacar. Sikap baik dan sabar yang ditunjukkan Angga jelas lebih menggetarkan hati Tari dibandingkan sifat pemaksa dan keras dari Ari. Hal ini sontak menggelakkan amarah Ari. Ia terus melancarkan serangan-serangan pada Angga. Namun, Angga tetap tersenyum menghadapi segala tindak-tanduk Ari dan puas karena “jebakannya dimakan”.

“Sepupunya Angga ada di kelas sepuluh tiga. Cewek. Namanya Anggita Prameswari,” ucap Ridho pelan. Senyum simpul seketika  mendarat di bibir Ari. Ia menjadikan Gita sebagai pion agar Angga mundur melawan Ari. Karena itu, Angga tidak bisa lagi berkomunikasi langsung dengan Tari. Tari bingung dan sedih saat tahu tentang itu. Ia tidak tahu lagi siapa yang akan menjadi sandarannya apabila teror-teror lainnya dilancarkan oleh Ari.

Tanpa disengaja atau tidak, kembali Tari bertemu dengan sosok yang sangat mirip dengan Ari di foodcourt, bahkan mungkin lelaki itu adalah Ari. Namun, setelah terjadi pembicaraan diantara keduanya, tahulah Tari bahwa lelaki itu adalah kembaran Ari yang bernama Ata. Satu lagi surprise buat Tari. Lelaki itu bernama Matahari Jingga, kebalikan dari namanya sendiri. (hlm.213)

Sejak saat itu, Ata menjadi batu sandaran bagi Tari. Semua masalah Tari yang didominasi oleh perlakuan Ari selalu dibagikannya dengan Ata. Ari pun tidak terima dengan hal itu. Sampai pada saat Tari datang ke sekolah dengan mata sembap…

***

TERTEBAKKAH ending-nya? Esti Kinasih tak memberi apresiasi yang baik tentang konflik dalam novelnya tersebut. Terkesan menggantungkan cerita. Ternyata tindakan Ari yang menghalalkan segala cara itu adalah sebuah awal teror. Pemandangan pada pagi hari saat Tari muncul dengan kedua mata sembap-Ari tidak bisa mengenyahkan bayangan itu dari kepalanya. Sampai detik ini, pagi itu terus membayangi dan membebani pikirannya. Karena itu, akan terus diganggunya Tari. Sampai kedua bibir gadis itu terbuka dan mengatakan penyebabnya….

Membaca novel ini dapat mempertajam nalar pembaca karena banyaknya teka-teki yang tersurat ataupun tersirat di dalamnya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, novel itu memberi kesan penasaran yang luar biasa hebat pada para pembaca. Karena novel Jingga dan Senja ternyata memiliki kelanjutan cerita yang nantinya akan dituangkan pada novel kedua yang berjudul Jingga Dalam Elegi. Tak heran bahwa penulis mendapat acungan jempol dari berbagai pihak. Penggunaan kosa kata dan gaya bahasa yang bagus, menarik, dan tidak membosankan membuat karyanya disukai banyak orang. Sebaiknya, ceritanya dimuat dalam satu novel saja, tanpa perlu berkelanjutan di novel berikutnya dan tidak terkesan bertele-tele, agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda di kalangan pembaca. Namun, ide cemerlang yang dimiliki oleh gadis dengan impian dapat mendaki Puncak Himalaya ini, tetap tidak boleh dipandang sebelah mata. Pemikirannya yang cerdas mampu menimbulkan konflik batin mendalam yang berkepanjangan bagi setiap orang yang membaca karyanya. Setiap harinya, lebih dari puluhan orang yang berbeda di salah satu forum diskusi dunia maya selalu mempertanyakan waktu terbitnya novel Jingga Dalam Elegi. Bagaimanapun, itu adalah sesuatu yang tidak boleh diremehkan.
ditunggu coment-nya yaaa....
"zayn zay" ^_^

Monday, April 8, 2013

sinopsis Novel Touché

Judul : Touché Penulis : Windhy Puspitadewi Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Ukuran : 13.5 x 20 cm Tebal : 208 halaman Terbit : Mei 2011 Harga : Rp. 35.000,- Selain kemampuan aneh yang bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain lewat sentuhan, Riska memiliki kehidupan normal layaknya siswi SMA biasa. Tapi semua berubah sejak kehadiran Pak Yunus, guru pengganti, dan perkenalannya dengan Indra yang dingin dan Dani si juara kelas. Riska kemudian diberitahu bahwa dirinya adalah touché alias orang yang memiliki kemampuan melalui sentuhan, seperti halnya Indra, Dani, dan Pak Yunus sendiri. Seakan itu belum cukup mengejutkan, Pak Yunus diculik! Sebuah puisi kuno diduga merupakan kunci untuk menemukan keberadaan Pak Yunus. Dengan kemampuan mereka, Riska, Dani, dan Indra pun berusaha memecahkan kode dalam puisi kuno tersebut dan menyelematkan guru mereka. Touché (dibaca tusye) merupakan novel keempat karya Windhy Puspitadewi yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Untuk membuat novel fantasi keduanya ini, Windhy memerlukan waktu satu tahun untuk menyelesaikannya. Kesulitannya adalah bagaimana cara mengemas cerita fiktif hingga bisa meyakinkan. Ternyata Windhy ketagihan membuat novel fantasi karena imajinasinya jadi lebih bisa dieksplor. Keinginan Windhy untuk mengangkat tema fantasi sangat tersalurkan melalui novel ini. Dan pilihannya mengambil ide tentang kaum touché ini menurut saya sangat luar biasa. Ide ini sangat jarang bahkan tidak terpikirkan oleh orang lain. Terlebih lagi untuk membuat orang yakin dengan cerita fantasi yang ia buat, tentunya membutuhkan imajinasi lebih. Dan melalui buku ini, saya cukup terpukau dengan rentetan penjelasan mengenai kemampuan yang dimiliki kaum touché. Penjelasan itupun dilengkapi dengan contoh dari tokoh-tokoh dunia seperti Karl Friedrich May, Beethoven, dan Casanova serta teori-teori yang membuat pembaca akan percaya dan tidak meragukan apa yang dituliskannya tentang adanya kaum touché. Selain ide yang unik dan tidak terpikirkan, Windhy juga memasukkan ketiga tokoh utama dengan karakter yang kuat pada setiap tokoh sesuai latar belakang masing-masing. Riska sebagai pemeran utama dalam cerita ini memang lebih cocok dengan kemampuan the empath, mengingat dirinya seorang perempuan yang jelas lebih pas jika merasakan berbagai perasaan yang mungkin ia serap—termasuk kesedihan. Mungkin jika the empath diperankan oleh laki-laki akan terlihat cengeng dan lemah--meskipun tidak berarti Riska lemah. Apalagi disana dijelaskan kalau memang diantara semua kaum touché hanya the empath-lah yang dimiliki oleh perempuan. Riska merupakan atlet lari sekolahnya dan Riska sudah ditinggal papanya sejak ia kecil. Saat itulah mamanya menyadari kemampuan Riska menyerap perasaan orang lain melalui sentuhan. Riska selalu melindungi tangannya dibalik saku jaket atau rok sekolah agar tidak menyerap perasaan orang yang tidak diinginkannya. Selanjutnya adalah Indra. Indra yang dingin akibat perlakuan keluarganya yang menjauhkan diri darinya karena kemampuan mind reader yang dimilikinya. Oleh karena itu, saat ada orang yang mau berteman dan menganggapnya sama pentingnya, Indra akan melindungi orang itu mati-matian. Indra juga merupakan atlet judo kebanggaan sekolah, yang bagi Indra sendiri itu berkat kemampuannya membaca pikiran lawan. Selain saat judo--atau saat dirasanya perlu, Indra selalu menutupi kedua tangannya dengan sarung tangan. Yang ketiga adalah Dani, teman Indra sejak SD. Dani mampu menyerap semua tulisan yang ada di dalam buku hanya dengan memegangnya tanpa membuka sedikitpun. Sehingga ia tidak perlu bersusah payah belajar untuk menjadi juara kelas. Diantara ketiga tokoh ini justru karakter Indra lebih menonjol dan berperan penting dalam cerita ini. Indra seolah-olah mengetuai ketiganya dalam pencarian Pak Yunus. Dalam perjalanannya, sekelompok orang menggunakan mobil berwarna wagon hijau hadir sebagai komplotan yang dianggap sebagai penculik kaum touché. Mulai dari sinilah ketegangan akan menyelimuti para pembaca dengan kekhawatiran jika salah satu dari ketiganya akan menjadi incaran selanjutnya. Apalagi saat mereka berpetualang di Surakarta demi menyelamatkan guru mereka selalu diikuti oleh mobil wagon hijau tersebut. Pembaca benar-benar akan merasa menyaksikan langsung adegan demi adegan yang mereka lakukan dengan kecemasan yang sama, seolah-olah kita masuk ke dalam cerita. Bahkan saya merasa buku ini sangat menarik jika diangkat di layar lebar. Begitupun komentar teman-teman saya yang sudah membacanya. Terlepas dari berbagai ketegangan dan rasa penasaran para pembaca mengenai kelanjutan petualangan menemukan Pak Yunus, Windhy berhasil menyelipkan adegan percintaan antara Riska dan Indra yang tetap manis dan berkesan. Sehingga meskipun buku ini didominasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan touché, kisah percintaan keduanya tetap akan membekas di memori para pembaca sebagai bagian yang sama pentingnya dan tidak boleh terlupakan. Dalam novel ini, Windhy menggunakan sudut pandang orang ketiga. Latar tempatnya sendiri yaitu kota Surabaya sebagai tempat tinggal dan sekolah, serta Surakarta sebagai tempat yang mereka duga sebagai tempat penculikan. Dari segi gaya bahasa, Windhy menyampaikan ceritanya dengan bahasa yang enak dibaca dan tidak berbelit-belit. Kalimatnya to the point sehingga tidak menguras pikiran pembaca untuk memahami maksud yang ia tulis. Kebiasaan Windhy menyelipkan ilmu dan pengetahuan tentang sejarah di buku-bukunya juga tidak hilang di novelnya yang satu ini. Bahkan di novel ini, point itu mendapat porsi yang cukup besar. Meskipun begitu, Windhy justru berhasil membuat pengetahuan tampak menyenangkan--seperti yang diinginkannya. Touché berisi cerita action dan detektif-detektifan yang diselipi cerita cinta-cintaan khas anak muda serta pengetahuan mengenai tokoh-tokoh dan sejarah dunia. Jadi, bagi kalian yang ingin tahu seperti apa kaum touché itu, bagaimana Indra dkk memecahkan berbagai petunjuk yang ada, dan seperti apa kisah cinta yang manis antara Indra dan Riska, saya sangat menganjurkan kalian untuk membeli novel ini. ditunggu comment-nya "zaynzay"